Cerita Inspiratif Garam Dan Air


Cerita Inspiratif Garam Dan Air

cerita inspiratif garam dan air​

Daftar Isi

1. cerita inspiratif garam dan air​


Jawaban:

Ceritainspiratifgaram danair

(Pak tua dan seorangpemuda)

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.”, ujar Pak tua itu.

“Asin. Asin sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua bertanya lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.


2. Mengembangkan cerita inspiratif garam dan air


garam dapat dengan mudah larut di air,tapi jika didiamkan selama beberapa saat garam itu akan mengendap di air...


3. Contoh cerita inspiratif Air dan garam


Contoh cerita inspiratif air dan garam adalah sebagai berikut:

Botol Minum dan Air Laut

Seorang anak sedang ikut melaut untuk pertama kalinya bersama ayahnya yang merupakan seorang nelayan. Tengah hari itu sangat panas dan si anak kehausan.

"Ayah, aku haus," katanya sambil menarik-narik baju si ayah.

Sang ayah mengambil botol minum, kemudian tersadar bahwa persediaan air mereka hanya tinggal setengah botol.

"Apakah kau benar-benar sudah haus sekarang, Nak?" tanya ayahnya.

Si anak mengangguk-angguk serius. "Sangat haus, Yah. Aku tidak bisa menahannya lagi."

Dengan bimbang, ayahnya memberikan botol minum dan berpesan, "Minumlah berhemat-hemat. Kita masih akan melaut hingga sore. Kalau air minum kita habis, celakalah kita."

Si anak minum, dan menuruti nasihat ayahnya untuk berhemat-hemat. Namun, ketika sudah selesai minum, dahaganya tidak betul-betul hilang.

Jadi si anak bertanya lagi. "Kenapa kita harus berhemat, Yah? Jika air kita habis, kita kan masih bisa mengambil air dari laut. Bukankah air laut di sekeliling kita sangat banyak dan tidak ada habisnya?"

Sang ayah tertawa. Dia menangkup air laut dengan tangannya. "Nak, cobalah kamu celupkan telunjukmu ke dalam air laut ini lalu cicipi bagaimana rasanya."

Si anak mengikuti dan terkejut karena rasa asin yang tidak enak. "Hiii, asin, Yah!"

Ayah mengangguk. "Benar, Nak. Air laut asin karena mengandung banyak garam. Kalau kita minum air garam, bukannya lega, malah kita akan jadi semakin haus!"

Si anak mengangguk-angguk paham. Ayahnya menepuk-nepuk puncak kepala si anak dengan sayang.

"Garam kalau dipergunakan untuk memasak akan membuat masakan lezat. Tapi kalau kita meminum air garam, rasanya tidak enak dan malah akan mendatangkan mudharat bagi kita. Begitu juga dalam hidup. Kita harus mengambil dan mempergunakan hal-hal pada tempatnya dan jangan berlebihan. Mengerti, Nak?"

Si anak mengangguk-angguk dan mereka lanjut memancing dengan tenteram hingga sore hari.

Pembahasan

Teks cerita inspiratif adalah cerita yang dituliskan untuk menginspirasi dan memotivasi seseorang untuk melakukan hal-hal yang baik.

Pelajari lebih lanjutMateri tentang struktur teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/14782576Materi tentang teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/8610896Materi tentang ciri-ciri teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/10524087

Detail jawaban

Kelas: 8

Mapel: Bahasa Indonesia

Bab: Sastra

Kode: 8.1.1

#AyoBelajar


4. contoh cerita inspiratif segelas air​


Jawaban:

Saat Stephen R. Covey mengajar tentang Manajemen Stress, dia bertanya kepada para peserta kuliah,

"Menurut Anda, kira-kira berapa berat segelas air ini ?"

Jawaban para peserta sangat beragam, mulai dari 200 gram sampai 500 gram.

"Sesungguhnya yang menjadi masalah bukanlah berat absolutnya. Tetapi berapa lama Anda memegangnya" ungkap Covey.

"Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama satu jam, lengan kanan saya akan sakit. Jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya" lanjutnya.

"Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu terasa meningkat beratnya" ungkap Covey

Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut. Istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi. Kita harus meninggalkan beban kita, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sehari-hari, tinggalkan beban pekerjaan Anda. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok" lanjutnya.

"Apapun beban yang ada di pundak Anda hari ini, coba tinggalkan sejenak. Setelah beristirahat, nanti dapat diambil lagi. Hidup ini sangat singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di dalam hati kita" kata Covey.

gua gak tahu ini membantu atau tidak:)

Jawaban:

Suatu ketika, seorang kakek bijaksana mendatangi cucunya yang belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah ceriamu itu?” tanya si Kakek.

“Kakek, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya,” jawab pemuda itu dengan lesu.

Si Kakek tersenyum. “Ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si pemuda pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan kakeknya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas itu,” kata Si Kakek.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Pemuda itu pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya si Kakek.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab pemuda itu dengan wajah yang masih meringis. Si Kakek tertawa terkekeh-kekeh melihat wajah cucunya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Si Kakek membawa cucunya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Pemuda itu menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan kakek, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata si Kakek.

Pemuda itupun menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, si Kakek bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata pemuda itu sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata pemuda itu sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Si Kakek hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan cucunya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata si Kakek setelah cucunya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Begitulah hidup..kau masih muda dan perlu banyak makan garam kehidupan.”

“Semua orang mengalami masalah dalam hidupnya, dan merasakan asinnya penderitaan karena masalah tersebut. Namun yang membedakan adalah sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya kamu tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, dan jadikan hatimu sebesar danau.”

Nilai yang dapat diambil:

Seperti yang telah dikatakan oleh kakek bijaksana, bahwa garam bisa kita ibaratkan sebagai masalah yang ada dalam kehidupan ini. Dan tentu saja setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya, hanya saja cara mereka mengatasi masalah itu berbeda-beda.

Di sinilah kita harus memahami cara merespon yang baik ketika kita sedang menghadapi suatu masalah, apakah kita mau memilih menjadi gelas, yang dimana ketika ada masalah (garam) datang, dan kita merasakan penderitaannya (asinnya). Atau kita mau memilih menjadi sebuah danau, dimana ketika ada masalah (garam) datang, kita tidak terpengaruh dengan penderitaan (asin) yang ada, namun tetap positif thinking (segar).

Semoga saja cerita inspiratif kali ini bisa membangkitkan semangat kita untuk menjadi pribadi yang lebih sukses lagi.


5. contoh cerita inspiratif tentang Garam diibartkan masalah​


Suatu ketika, seorang santri dari sebuah ponpes sedang galau di serambi masjid. Selama beberapa jam usai shalat subuh ia menghabiskan waktu merenung, sampai sinar matahari meninggi, ia masih duduk di tempat itu. Hingga kemudian seorang guru menghampirinya dan menanyakan masalah apa yang telah membebaninya hingga membuatnya begitu sedih.

Santri itu lalu berkeluh kesah menceritakan masalah yang sedang menimpanya kepada sang guru. Usah bercerita, ia kemudian meminta nasihat guru tersebut untuk meringankan masalahnya. Alih-alih memberikan nasihat, sang guru malah menyuruh muridnya itu untuk mengambil segenggam garam dan segelas air. Lalu diperintahkannya sang murid agar menuangkan garam tersebut kedalam gelas dan meminta agar ia mencicipinya.

Sang murid sontak marah kepada sang guru, ia sedang dirundung duka, sang guruh malah menyuruhnya mengerjakan perbuatan yang nyeleneh. “Untuk apa meminum air garam ini guru, aku sudah tahu jika rasanya asin, dan tentu saja meminumnya takkan membantu menyelesaikan masalahku,” ujarnya.

Guru itu lalu tersenyum dan menjawab, “Nak, coba kamu bayangkan jika garam yang ada digenggamanmu tadi kamu tabur ke dalam sebuah danau yang luas, lalu kau cicipi airnya. Apakah asin?”

Sang murid mengernyitkan dahi dan menjawab dengan spontan, “Tentu saja tidak, guru.”

“Begitulah nak jika kamu sedang dirundung masalah. Ibaratkan gelas dan danau tadi, itulah gambaran ukuran hatimu, dan garam itulah yang menjadi masalah. Garam akan terasa asin, jika ia dituang dalam segelas air, namun jika ditabur dalam danau yang luas, maka rasa air dalam danau tersebut tidak berubah sedikitpun.”

Tuhan takkan pernah memberikan masalah melampaui kemampuan dari hambanya.

Hanya saja, seringkali cara setiap orang dalam memandang masalah berbeda-beda. Mereka yang memandang masalah sebagai suatu ‘hal yang besar’ telah menjadikan hatinya sempit bagaikan segelas air. Sehingga setiap kali masalah menghampiri, ia selalu berkeluh kesah seolah-olah dirinya ditimpa kesulitan yang tak mampu ia hadapi. Sedangkan mereka yang terbiasa melatih diri menanggapi masalah sebagai suatu bentuk upaya menjadikan diri mereka lebih baik, akan memperoleh ukuran hati yang semakin luas bagaikan danau.

Ketahuilah, bahwa hidup tidak akan pernah luput dari masalah. Satu-satunya cara agar hidup anda tidak dihampiri masalah, adalah dengan memilih untuk tidak hidup. Jadikanlah masalah sebagai kekuatan untuk meluaskan hati anda, hingga kelak setiap masalah yang datang tidak akan mampu menghapus senyum dari wajah anda, dan dengan mantap anda akan berkata “Welcome to my life!”


6. 3. Judul yang terdapat dalam cerita inspiratif di atas apakah sudah sesuai dengan isinya?Tulislah/berilah judul lain untuk cerita tersebut agar lebih menarik dan lebih sesuai dengan isi cerita?tolong diJawab ya kakk ini cerita inspiratif GARAM DAN TELAGA​


Jawaban:

Apakah judulnya sudah sesuai?

jawab: Kalau dilihat dari alurnya, mungkin belum sesuai. Karena belum diceritakan jelas mengenai kata garam dan telaga nya.

Judulyangmenarikuntukceritatersebut?

Jawab: Menurutku, bisa menggunakan Judul Pak tua yang bijak

semoga membantu.

Jawaban:

judul yang menarik untuk cerita diatas adalah PAK TUA YANG BIJAK


7. Kak tolog buatin cerita inspiratif tentang garam


Suatu ketika, seorang kakek bijaksana mendatangi cucunya yang belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah ceriamu itu?” tanya si Kakek.

“Kakek, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya,” jawab pemuda itu dengan lesu.

Si Kakek tersenyum. “Ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si pemuda pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan kakeknya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas itu,” kata Si Kakek.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Pemuda itu pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya si Kakek.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab pemuda itu dengan wajah yang masih meringis. Si Kakek tertawa terkekeh-kekeh melihat wajah cucunya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Si Kakek membawa cucunya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Pemuda itu menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan kakek, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata si Kakek.

Pemuda itupun menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, si Kakek bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata pemuda itu sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata pemuda itu sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Si Kakek hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan cucunya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata si Kakek setelah cucunya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Begitulah hidup..kau masih muda dan perlu banyak makan garam kehidupan.”

“Semua orang mengalami masalah dalam hidupnya, dan merasakan asinnya penderitaan karena masalah tersebut. Namun yang membedakan adalah sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya kamu tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, dan jadikan hatimu sebesar danau.”

Nilai yang dapat diambil:

Seperti yang telah dikatakan oleh kakek bijaksana, bahwa garam bisa kita ibaratkan sebagai masalah yang ada dalam kehidupan ini. Dan tentu saja setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya, hanya saja cara mereka mengatasi masalah itu berbeda-beda.

Di sinilah kita harus memahami cara merespon yang baik ketika kita sedang menghadapi suatu masalah, apakah kita mau memilih menjadi gelas, yang dimana ketika ada masalah (garam) datang, dan kita merasakan penderitaannya (asinnya). Atau kita mau memilih menjadi sebuah danau, dimana ketika ada masalah (garam) datang, kita tidak terpengaruh dengan penderitaan (asin) yang ada, namun tetap positif thinking (segar).

Semoga saja cerita inspiratif kali ini bisa membangkitkan semangat kita untuk menjadi pribadi yang lebih sukses lagi.


8. tentukan struktur teks cerita inspiratif garam dan air!! pls bntu y tks


Jawaban: Di foto

Penjelasan: Maaf kalo benar


9. simpulkan teks cerita inspiratif "Garam dan Air" di atas!1. isi cerita cerita yang berjudul "Garam dan Air" mengisahkan...2. sikap-sikap negatif dan positif yang perlu dicermati a. b. c.3. hikmah dari cerita di atas a. b. c.tolong bantu jawab ya kak​


1. cerita tersebut mengisahkan seorang anak umur 13 sampai 15 tahun yang pandai tapi dia mengeluh atas kehidupan nya.

2.(Sikap Positif) A.Anak tersebut sangat lah pintar jadi patut di contoh

B.Anak itu sangat rajin belajar

C.Anak itu sangat cantik

.(Sikap Negatif) A.Anak itu selalu murung

B.Anak itu tidak sabaran

C.Anak itu suka mengeluh

3.Hikmah cerita tersebut adalah

A.Kita harus selalu bersyukur

B. Jadi orang haruslah sabar

C. Jika orang jangan suka mengeluh......

Maaf ya jika itu salah....


10. segelas air,air danau,dan 2 genggam garam Buatlah Cerita Inspiratif Dan Dengan Sesuai Unsur Nya​


Jawaban:

Suatu ketika, seorang kakek bijaksana mendatangi cucunya yang belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah ceriamu itu?” tanya si Kakek.

“Kakek, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya,” jawab pemuda itu dengan lesu.

Si Kakek tersenyum. “Ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si pemuda pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan kakeknya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas itu,” kata Si Kakek.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Pemuda itu pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya si Kakek.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab pemuda itu dengan wajah yang masih meringis. Si Kakek tertawa terkekeh-kekeh melihat wajah cucunya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Si Kakek membawa cucunya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Pemuda itu menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan kakek, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata si Kakek.

Pemuda itupun menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, si Kakek bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata pemuda itu sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata pemuda itu sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Si Kakek hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan cucunya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata si Kakek setelah cucunya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Begitulah hidup..kau masih muda dan perlu banyak makan garam kehidupan.”

“Semua orang mengalami masalah dalam hidupnya, dan merasakan asinnya penderitaan karena masalah tersebut. Namun yang membedakan adalah sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya kamu tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, dan jadikan hatimu sebesar danau.”


11. contoh cerita inspiratif tema air mineral dalam botol? ​


Cerita inspiratif dengan tema mengenai air mineral dalam botol adalah seperti berikut ini.

Botol Air Rasa

Seorang anak memasuki supermarket bersama kakaknya. Anak itu merengek, "Kak, aku haus."

Karena kakaknya masih sibuk mencari kabel yang cocok untuk dibeli, maka dia menunjuk saja ke ujung lorong. Di sana ada sebuah lemari pendingin yang penuh dengan minuman botol.

"Kau pergilah ke sana dan ambillah satu. Jangan mahal-mahal. Maksimal tiga ribu saja."

Maka si anak berjalan menghampiri lemari pendingin. Seketika dia bingung hendak memilih minuman yang mana. Sebab banyak sekali botol beraneka warna dan rasa yang terhampar di hadapannya.

Anak itu hanya terpana di depan lemari pendingin selama beberapa menit hingga seorang pria tua menghampirinya.

"Ada apa gerangan, Nak, kau berdiri saja sekian lama?"

Anak itu menoleh dengan terkejut. "Aku bingung mau memilih yang mana."

Pria tua itu tertawa. "Kenapa begitu bingung memilih? Yang kuning itu rasa jeruk. Yang merah rasa jambu."

Anak itu menimbang-nimbang, lalu mengambil sebotol minuman paling besar dan bergambar jeruk di bungkusnya.

"Aku mau ini. Tapi kakak cuma mau memberiku tiga ribu untuk membeli minum."

Si pria tua tertawa. "Kalau begitu, kau cuma bisa membeli yang ini saja."

Lalu dia memberikan botol air mineral pada si anak. Anak itu cemberut selagi bertanya, "Kenapa yang rasa jeruk mahal sekali, sih?"

Si pria tua tersenyum bijak. "Karena, anak muda, sesuatu yang unik dan bercita rasa lebih enak tentu dihargai lebih mahal. Tidak seperti air mineral yang hambar dan tak memiliki rasa."

Sama halnya seperti manusia, jika kita memiliki jiwa yang unik dan berselera kreatif, nilai kita di mata orang lain pasti lebih tinggi dan lebih menarik daripada orang yang terlihat hambar dan biasa-biasa saja.

Pembahasan

Teks cerita inspiratif adalah sebuah teks yang memicu pembacanya untuk terinspirasi dan tergugah. Teks cerita inspiratif bisa dituliskan berdasarkan kisah nyata maupun fiktif atau karangan. Yang penting, tujuannya adalah untuk menggugah pembaca agar tergerak menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Pelajari lebih lanjutMateri tentang teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/19504454Materi tentang struktur teks cerita inspiratif: https://brainly.co.id/tugas/10524087Materi tentang contoh teks cerita inspiratif beserta strukturnya: https://brainly.co.id/tugas/9642394

Detail jawaban

Kelas: 9

Mapel: Bahasa Indonesia

Bab: Struktur cerita inspiratif

Kode: 9.1.6

#AyoBelajar


12. tema apakah yang terdapat dalam cerita inspiratif tentang garam dan telaga​


Jawaban:

Kita harus menjadi, orang yang tangguh dan pekerja keras

Penjelasan:

Kasih bintang ya ngep✋✋✋✋


13. Buatlah cerita inspiratif yaitu air dan garam lalu tulis unsur-unusurnya


Jawaban:

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan


14. mengembangkan dan menyusun cerita inspiratif berjudul garam dan air dengan memperhatikan struktur cerita inspiratif


Maaf jwb ny pke gambar

Semoga membantu :-)

Semoga bermanfaat ;-);-)

Trima ksh,, sekian dari sya


15. Cerita inspiratif tentang air beriak tanda tak dalam​


Jawaban:

didi adalah teman sekelas ku ia banyak bebicara dan merasa paling pandai walaupun nilalnya selalu jelek, ia juga suka merendahkan orang lain seolah olah dia lah yang paling pandai.


16. segelas air,air danau,dan 2genggam garam Buatlah Cerita Inspiratif Dan Dengan Sesuai Unsur Nyaplease Jngn Cerita Kakekgua Kasi Poin Banyak Nihdari Pada Di Laporkanyang Bener BroTrgntung. Dari Kalian Lah Nilai Ujian Ku​


Jawaban:

Suatu ketika, seorang kakek bijaksana mendatangi cucunya yang belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah ceriamu itu?” tanya si Kakek.

“Kakek, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya,” jawab pemuda itu dengan lesu.

Si Kakek tersenyum. “Ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si pemuda pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan kakeknya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas itu,” kata Si Kakek.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Pemuda itu pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya si Kakek.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab pemuda itu dengan wajah yang masih meringis. Si Kakek tertawa terkekeh-kekeh melihat wajah cucunya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Si Kakek membawa cucunya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Pemuda itu menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan kakek, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata si Kakek.

Pemuda itupun menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, si Kakek bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata pemuda itu sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata pemuda itu sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Si Kakek hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan cucunya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata si Kakek setelah cucunya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Begitulah hidup..kau masih muda dan perlu banyak makan garam kehidupan.”

“Semua orang mengalami masalah dalam hidupnya, dan merasakan asinnya penderitaan karena masalah tersebut. Namun yang membedakan adalah sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya kamu tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, dan jadikan hatimu sebesar danau.”


17. Tentukan struktur teks cerita inspiratif yang berjudul garam dan telaga Tuliskan paragrafnya​


Jawaban:

Garam dan Telaga

1.Orientasi(berisi pengenalan tokoh)

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

2.Komplikasi (menceritakan masalah yang dialami

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama

.“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

3.Resolusi (berisi penyelesaian masalah)

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

4.Koda (berisi pesan moral)

Demikianlah, hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

Penjelasan:

semoga membantu dan jadikan jawaban terbaik yaa:(


18. buatlah cerita inspiratif tentang hiduplah seperti air yang mengalir tapi pasti ​


Jawaban:

jika sudah berjanji harus ditepati


19. cerita inspiratif garam dan air tentukan latar dan karakter tokoh utamanya ​


Jawaban:

latar: laut

tokoh: petani garam


20. mohon bantu mengembangkan cerita inspiratif "garam dan air"


duduk sama rendah berdiri sama tinggi


Video Terkait


Cerita Inspiratif Garam Dan Air Cerita Inspiratif Garam Dan Air Reviewed by Derby on November 02, 2022 Rating: 5

No comments